Populasi kambing boer Indonesia pada 2019 berjumlah 18,5 juta ekor atau meningkat 0,86 persen dari tahun sebelumnya. Kambing menyumbang produksi daging sebanyak 3,85 persen. Dengan perbaikan mutu kambing akan dapat menjadikan ternak kambing menjadi bisnis yang terbaik pada masa mendatang yang menjanjikan..
Temak kambing memiliki peluang yang tinggi sebagai komoditas ekspor, terutama ke Timur Tengah, Singapura, Malaysia, Taiwan dan Australia. Problemnya adalah mutu ternak kambing lokal yang masih rendah. Potensialnya, masyarakat Indonesia secara umum sangat familiar dengan temak kambing.
Salah satu jenis kambing yang memiliki prospek bisnis yang baik adalah kambing Boerka. Kambing Boerka selain dapat untuk memenuhi pasar domestik, juga bisa untuk memenuhi pasar ekspor yang prospektif. Kambing ini merupakan persilangan antara pejantan kambing Boer dengan induk kambing Kacang.
Kambing Boer dipilih karena potensi pertumbuhan dan bobot hidup yang tinggi dan memiliki sifat fertilitas yang baik. Sementara kambing Kacang dipilih karena jenis kambing ini banyak diusahakan oleh petani di pedesaan karena sistem pemeliharaanya yang relatif mudah. Kambing kacang juga memiliki ukuran tubuh yang optimal untuk kebutuhan pasar domestik.
Kambing Boer merupakan kambing unggul asal Afrika yang diimpor dari Australia. Kambing Boer terpilih karena memiliki potensi pertumbuhan dan bobot hidup yang tinggi. Sementara Kambing Kacang adalah kambing potong lokal yang memiliki reproduksinya bagus, sudah beradaptasi dengan baik, dan banyak dipelihara petani di Indonesia. Dengan kondisi pakan yang kurang, Kambing Kacang tetap bisa bereproduksi.
Keunggulan Boerka
Kambing Boerka Unggul Tipe Pedaging memiliki warna bulu coklat atau hitam pada bagian kepala sampai leher dan warna dominan putih pada bagian badan sampai kaki.
Kemudian litter size induk 1,68, pertumbuhan cepat 120 g/e/h bisa mencapai bobot 70 kg, karkas 49-51 persen, dan adaptif terhadap kualitas pakan rendah serta iklim tropis.
Kambing Boerka memiliki ciri warna bulu coklat atau hitam pada bagian kepala sampai leher dan warna dominan putih pada bagian badan sampai kaki. Bobot lahir Boerka sekitar 2,6-2,8 kg, lebih tinggi dari bobot lahir kambing kacang yang berkisar antara 1,6-1,8 kg. Bobot sapih Boerka antara 10-12 kg, sementara Kambing Kacang hanya 6-8 kg. bobot satu tahun bisa mencapai 35 kg sesuai dengan permintaan pasar luar negeri
Dalam setahun bobot Kambing Kacang hanya sekitar 22 kg, sementara Kambing Boerka bisa mencapai 35 kg sesuai permintaan pasar luar negeri. Dengan demikian, kambing Boerka berpotensi dikembangkan secara komersial untuk tujuan ekspor.
Tingkat pertumbuhan anak Kambing Boerka prasapih rata-rata 118 gram/hari, jauh lebih tinggi dibanding anak Kambing Kacang yang hanya 52-70 gram/hari. Laju pertumbuhan Kambing Boerka selama pascasapih juga lebih tinggi dibanding Kambing Kacang.
Pada umur 3-6 bulan, misalnya, laju pertumbuhan Kambing Boerka lebih tinggi rata-rata 42% dibanding Kambing Kacang. Laju pertumbuhan yang lebih tinggi memungkinkan kambing Boerka mencapai bobot potong pada umur yang lebih muda.
Karkas Kambing Boerka lebih baik dibanding Kambing Kacang, namun kandungan nutrisi maupun sifat fisik relatif sama. Mutu karkas Kambing Boerka termasuk mutu I, sama dengan Kambing Kacang. Daging agak lembap, tekstur lembut dan kompak, warna merah khas daging, lemak panggul tebal, dan bau spesifik. Dengan karakteristik seperti itu, daging Kambing Boerka akan diterima konsumen seperti halnya daging Kambing Kacang.
Analisa Ekonomi
Analisis ekonomi pemeliharaan kambing Boerka yang diberi pakan berbasis limbah perkebunan kelapa sawit dengan bahan baku bungkil kedele, bungkil inti sawit, molases, lumpur sawit, pelepah sawit, dan indigofera didapatkan harga pakan komplit per kilogram Rp 1.200.
Dengan periode penggemukan selama tiga bulan, dibutuhkan konsumsi pakan 112,5 kg/ekor atau dibutuhkan biaya pakan Rp 135.000/ekor. Selain itu, diperlukan biaya tenaga kerja Rp 22.500/ekor, obat-obatan Rp 18.750/ekor dan perlengkapan kandang Rp 12.500/ekor).
Penerimaan selama periode penggemukan berasal dari pertambahan bobot badan selama tiga bulan sebesar 10,8 kg/ekor dikali dengan harga daging perkilo Rp 45.000 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 486.000.
Penerimaan tambahan dari kotoran kambing sebesar Rp 6.300/ekor. Setelah mengurangkan penerimaan dengan pengeluaran, maka akan diperoleh pendapatan sebesar Rp 303.550/ekor.
Dalam pengembangan Kambing Boerka kedepan telah dilakukankerja sama dengan pihak terkait antara lain : dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di seluruh Indonesia,Kerjasama dengan pemerintah daerah seperti dengan Dinas peternakan provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kabupaten Asahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat .Dengan seluruh UPT Kementan, serta akan mengaet swasta melalui Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI).
Sudah saatnya kita memikirkan pengembangan populasi ternak kambing dalam memenuhi tuntutan kebutuhan dalam negeri dan eksport yang setiap tahun semakim meningkat.
Read Also: Tips On How To Teach Your Kitten To Help Litter Box
When it comes to vaping hemp, finding the suitable device will make all the difference…
Hey! If you're on the hunt for a number of top-notch THCA flowers, you aren't…
Smoking technology has come a long way, and Hitoki is at the forefront of this…
Remodeling can transform a home, and in Bucks County, professional services are making a significant…
Hey there! Ready to dive into the world of Delta 8 vapes? Whether you're a…
Houston's summer heat is no joke, and the last thing anyone wants is for their…